Premanisme calo tiket

Korban premanisme calo di terminal Ubung yang sempat beberapa kali dipukul karena menolak membeli tiket ke kota S. photo by Syafiudin

Premanisme berasal dari bahasa belanda vrijman = orang bebas, dan isme = aliran.

Rabu, 29 Februari 2012.

Baru-baru ini premanisme menjadi isu nasional, apalagi sejak kasus bentrokan di RSPAD, Rumah sakit militer terbesar di Indonesia yang ada di Gatot Subroto – Jakarta Pusat dengan 2 orang korban meninggal. Tidak hanya di Jakarta, premanisme di Bali juga bukan masalah baru. Sudah banyak kasus terjadi, mulai dari preman bertubuh kekar, hingga premanisme perempuan “CMP” yang sempat terekam video dan tenar berkat jejaring sosial.

Rabu, 29 Februari, kasus premanisme juga terjadi pada Tri (bukan nama sebenarnya) yang mengalami pemukulan oleh beberapa calo tiket di terminal Ubung. Hanya gara-gara tidak mau membeli tiket bis yang ditawarkan  mereka.

Bekas pukulan yang diterima oleh Tri (bukan nama sebenarnya) karena menolak memberli tiket dari para calo di terminal Ubung. photo by Syafiudin

Dari obrolanku dengan Tri dan beberapa teman yang ada disana, kronologisnya kira-kira seperti ini:

  • 18.40 WITA          :         Tri dan kawan-kawannya akan berangkat ke kota M menaiki bis malam. Sambil menunggu mereka nongkrong di minimarket diseberang terminal Ubung. Saat itu sudah ada beberapa calo yang menawarkan jasanya pada mereka.
  • 18.50 WITA         :      Masuk terminal Ubung dan mencari bis. Tri  bersama beberapa temannya, sebut saja Didi, Fifi, dan Riri yang sudah berada didepan. Ketiga teman Tri sudah dipepet calo dan ditawari tiket, mereka menolak tapi tidak terjadi masalah apapun. Sedangkan Tri yang berada di belakang teman-temannya dipepet lebih banyak calo, kabarnya sekitar 8 orang  menawarkan tiket dengan bis jurusan S, padahal Tri mau ke kota M. Tri bilang mau  melihat bis jurusan M di bagian dalam terminal, tp calo ngotot dan Tri mulai nggak nyaman hingga berusaha lepas dari mereka. Calo  ngotot balik dengan bilang “kamu hargai saya dong, saya kerja disini!” | Tri  juga ngotot ingin melihat bis didalam hingga akhirnya salah satu calo menendang dia. Refleks dan marah hingga keluar kata “Jancuk!” dari Tri yang justru membuat lebih banyak calo mengerubungi mereka. Tri sempat meminta tolong ke beberapa toko yang berjualan, tapi sayangnya nggak ada yang berusaha menolongnya, mungkin karena takut.

Situasi saat Tri akan divisum di RSUD Wangaya. photo by Adit

Laporan tertulis atas pengaduan Tri di Polsek Denpasar Barat. photo by Anggara Mahendra

Suasana di Polsek Denpasar Barat saat menunggu selesainya penyidikan terhadap kasus premanisme calo yang menimpa Tri. photo by Anggara Mahendra

  • Terpojok, tubuhnya dipegangi calo dan perutnya dipukul hingga menimbulkan bekas merah. Tri pun terjatuh di aspal, lalu nggak berapa lama kemudian polisi datang membubarkan keramaian.
  • Tri dan teman-temannya melapor ke Pos Polisi didepan terminal Ubung. Disana mendapat saran untuk langsung ke Polsek Denpasar Barat – jalan Ahmad Yani untuk melapor dan visum sebagai barang bukti. Menurut informasi dari Polisi yang berjaga di Pos Polisi Ubung, hari itu  sudah ada 2 kejadian premanisme juga, entah dari calo atau memang preman dari daerah itu.
  • 20.30 WITA           :         Sampai di Polsek, Tri dimintai keterangan tentang premanisme yang menimpa dirinya.
  • 21.00 WITA           :         Diantar oleh polisi yang bertugas ke RSUD Wangaya untuk visum.
  • 21.30 WITA           :         Kembali ke Polsek Denpasar Barat dan melakukan penyidikan sekaligus mencatat ciri-ciri pelaku premanisme. Ketiga teman Tri dipanggil sebagai saksi untuk memberikan ciri-ciri dari yang mereka lihat.
  • 23.30 WITA           :         Penyidikan dan identifikasi pelaku selesai,Tri dan teman-temannya pulang sambil menunggu kabar dari Kepolisian.

Sebagai penumpang yang menggunakan jasa bis untuk transportasi lintas kota dan pulau, memang urusan oknum calo nakal ini  mengganggu kenyamanan. Sejak baru masuk terminal, kita sudah dikejar-kejar oleh beberapa calo yang menanyakan tujuan. Beberapa kawan juga sempat cerita, adanya calo ini malah membuat mereka salah jurusan. Seharusnya masuk bis tujuan A, malah dimasukkan ke bis tujuan B, karena kurang taunya kita tentang sistem di terminal dan rasa terburu-buru yang akhirnya membuat kita nggak mengecek ulang urusan tiket ini.

Ada juga yang cerita saat masuk terminal, dipepet beberapa calo dan dompetnya diambil. Otomatis dia tidak bisa membeli tiket dari siapapun, tapi entah bagaimana calon penumpang ini justru dipukuli oleh para calo tadi. Untungnya pelaku bisa tertangkap, uangnya kembali, tapi bagaimana nasib calo yang tertangkap  itu? Kembali ke medan perang nya (baca: terminal) atau…

Hati-hati kalau ingin ke terminal hai kawan, kejahatan ada dimana-mana!

WASPADALAH! *sok bli Napi… (^_^)

21 thoughts on “Premanisme calo tiket

  1. sudah lebih dari 13 tahun lalu, saya juga pernah ditendang oleh sopir-sopir taxi disekitar Ubung, karena saya tidak mau mempergunakan jasa mereka dan kemudian mereka melakukan ‘harrasment’ , mohon investigasi dan sharing pada media publik yang lebih luas…mengerikan!!! harga diri manusia dianggap seperti binatang, even binatangpun ada peri kebinatangan… sukses untuk kaum muda!!!

    implikasi efeknya akan sangat membantu masyarakat agar mendapat hak publik nya di wilayah publik, sehingga pemerintah khususnya DLLAJR akan bertindak membela rakyat!!! mengembalikan hak hidup damai rakyat!!

    thanks for your responsibility action..love it!!! go a head, dear!!!

    Like

    • makasih mbak canti, ternyata perempuan pun kena efek premanisme warga. bahkan belasan tahun lalu..

      di blog ini mungkin nggak banyak membantu, tp setidaknya bs dishare untuk temen-temen lainnya agar hati-hati kalau sudah di ruang publik seperti terminal ubung.

      Like

    • ok bagaimana kalau kita kumpulkan sharing temen-temen yang pernah mengalami perlakuan buruk di terminal ubung dalam bentuk sharing singkat seperti mbak nirlaksita, apabila jumlahnya sudah banyak kita lanjutkan menjadi gugatan tentang kenyamanan ruang publik…

      Like

  2. Klo Menurut saya, Peranan Aparat disini kurang Maksimal…padahal Pos Jaga ada Di depan Terminal, truss pada kemana tuch Polisi, khayak Film India saja setelah aman baru datang, jadi Curiga ( bukan Nuduh-tetap asas praduga gaak bersalah ) apakah Preman ini emaang dipelihara.
    Solusinya adalah Berdayakan Kearifan Lokal dalam hal ini Desa Pekraman Ubung yg membawahi terminal Ubung, Gunakan pecalang sbg tanaga keamanan. jadi klo Preman macam-macam …Pukul kentongan……tung…tung…tuuuuungggg.

    Like

  3. sekitar 2 bulan yang lalau, saya juga mengalami hal serupa, meski tidak terjadi kekerasan fisik. kami bersitegang di dalam bis. ulah calo tiket ini sangat mengganggu, tapi sayang petugas terminal pun tampaknya tak bergeming. karena saat itu saya sudah bersitegang mulai dari pintu masuk, tapi petugas hanya diam saja. prihatin dengan kondisi terminal ini dan petugas2 yg bertanggung jawab.

    Like

  4. Wah, itu temen saya jadi korban!
    Sampai saat ini saya sih ga pernah mengalami tindakan sampai seperti itu, meski kadang paksaan dari calo itu ada. Tapi cerita seperti ini udah banyak saya lihat dan dengar. Dan akhirnya teman saya sekarang jadi korban.
    Sangat disayangkan memang, terminal yang jadi salah satu akses masuk ke Bali kok malah jadi tempat yang menakutkan.
    *solusi sementara, kalo pesan tiket bis langsung ke kantor PO-nya aja, yah, repot dikit, antisipasi kejadian seperti ini lagi. sampai terminal benar2 aman dari oknum2 calo preman.

    Like

  5. tidak hanya terminal ubung..terminal bus yang lain juga demikian..sepertinya memang ada kerjasama atau aparat kurang mampu menangaaninya..
    maka itu saya menghindari naik transportasi umum berjenis bus..lebih memilih kereta api yang sekarang lumayan bersih dari premanisme..atau kendaraan pribadi..baru kalau sangat terpepet naik bus..

    Like

  6. sempet ngalamin kejadian serupa beberapa thn lalu. meski tidak sampai terjadi kekerasan fisik, tapi efek dari ancaman calo2 kurang ajar ini akhirnya membuat saya tidak penah lagi memakai jasa angkutan yg melewati terminal UBUNG.

    dari pintu masuk terminal calo sudah mencoba merebut barang bawaan saya. begitu saya keberatan, yang ada barang malah dibawa lari dan dinaikkan ke salah satu bus (saya inget banget namanya INDONESIA INDAH). Marah, saya mencoba mengambil paksa barang saya. bukan malah kebih baik, saat itu juga beberapa calo mengerubungi saya bahkan salah satunya mengancam dengan mengeluarkan CLURIT! pilhannya, bayar dan naik bus tersebut atau ambil barang tapi tetep bayar! anj**t!

    Mau nggak mau akhirnya saya naik bus. Dan ternyata, sebagian besar penumpang yang sudah di dalam bus mengaku mereka juga mengalami hal yang sama (barang dipaksa dinaikin bus lebih dulu dengan ancaman). lucunya lagi, kitapun menunggu 3 jam sampai busnya penuh dan baru berangkat!

    Like

  7. J*****k,,,,,,,IKI NIMPA KOEN TA GOOON,,,,,,,,,,sepurane aq gak iso ngewangi lek tkp ne neng suroboyo tak parani areke<<<<<<moga lekas sembuh gonnn,,,,,,,,

    Like

  8. saya juga mengalami hal yang serupa,,..itu 10 thn yang lalu,,sampai sekarang masih seperti itu,,akhir akhir ini memamng masih sering trip malang-denpasar tapi masih beruntung karena menggunakan kendaraan pribadi.

    dengan banyaknya kejadian tersebut belum menjadikan aparat di denpasar untuk berbenah.

    cerita :
    sepuluh tahun lalu saya ber sembilan habis selesai camping,,.. dan mau melakukan perjalanan yang melalui terminal ubung.,,sesampainya disana kami di tarik tarik sampai barang bawaan seperti kompor dll berantakan,,..termasuk pisau camping dan parang untuk keperluan camping berantakan,,alhasil tanpa pikir panjang kami bersembilan melawan dengan beringass dan tanpa amponn,,..dan merekapun kaborr meskipun banyak yang bonyok juga sehhh tapi yang penting kami menuntaskan sakit hati heheheheh

    apabila tidak ada yang bertindak lagi untuk membenahi kondisi itu saya yakin pasti bakal banyak korban korban yang lain..dan menjadikan preman preman yang baru..

    bagaimana aparat di denpasar?

    Like

  9. saya sarankan lebih baik naik travel,biar mahal dikit yang penting kita puas,daripada bayar mahal dengan paksaan dari calo terminal.kalau mau beli tiket di agen resmi juga percuma,karna agen resmi dan para kru bus juga dapat tekanan dari para calo yang sudah terorganisir.kalau tidak…..bus akan di lempari kacanya di tengah jalan.saya dapat saran dari teman yang memang kerja di terminal ubung denpasar.

    Like

    • Ternyata lumayan mengerikan juga ya. Kmrn setelah kejadian ini kebetulan dpt banyak pemberitaan dari media sampai calo dan preman dibatasi ruang geraknya sama polisi. Mereka sampai minta maaf sama kawanku utk nyabut laporannya ke polisi. Smoga aja ga terulang tp tekanam dari media bs lebih ampuh krn aparat bisa ditekan juga kalau kinerjanya nggak beres disana

      Like

Leave a comment