Nyepi Kasa di Desa Buahan

OGOH-OGOH. Seorang warga Desa Buahan melintas di depan Ogoh-ogoh yang akan dibawa keliling desa pada sore hari untuk Pengerupukan yang dilaksanakan satu hari sebelum Nyepi Kasa.

OGOH-OGOH. Seorang warga Desa Buahan melintas di depan Ogoh-ogoh yang akan dibawa keliling desa pada sore hari untuk Pengerupukan yang dilaksanakan satu hari sebelum Nyepi Kasa.

Dalam sejarah dunia, mungkin baru Pulau Bali yang bisa menutup aksesnya selama satu hari pada perayaan Nyepi. Hari ini juga akhirnya diakui dan dijadikan hari libur nasional. Banyak pujian karena berhasil menghemat entah berapa ratus ribu atau jutaan watt listrik yang banyak dihabiskan oleh hotel-hotel di Bali Selatan. Yeah.. industri bro..

Continue reading

Pengerebongan: pesta sekala niskala

Kesiman – Denpasar. Minggu, 19 Februari 2012

Ritual Pengerebongan merupakan warisan Puri Agung Kesiman yang dilaksanakan setiap hari minggu (Redite, Medangsia) atau seminggu setelah Hari Raya Kuningan. Saat itu tidak ada satupun umat Hindu yang pemujaan, karena hal ini sudah merupakan hasil survei Raja Kesiman – I Gusti Ngurah Kesiman dengan Mads Lange – pelaut dan juru damai dari Denmark. Penetapan hari ini bertujuan agar banyaknya pengunjung yang datang dari luar Kesiman dan Bali, secara ekonomi juga akan menguntungkan banyak orang dengan banyaknya pedagang yang bisa berjualan.

Pengerebongan sendiri berasal dari kata “Rebu” yang dalam bahasa kawi berarti pesta yang bertujuan untuk menghibur atau membesarkan hari seseorang. Kata ini mendapat awalan “pe” dan akhiran “an” menjadi “Pengerebuan”. Perlahan kata ini berubah menjadi Pengerebong hingga akhirnya menjadi Pengerebongan.

Pagesahan

Dimulai dari pertanyaan:

Krama Banjar               : “Adi bisa ketemu ajak Pak Tut ne gek?”

artinya                           : “kok bisa ketemu dengan Pak Tut nya?”

hingga pertanyaan yang #kode mulai menjurus, vulgar, porno dan mengundang tawa, seperti:

Krama Banjar               : “Nu perawan gek?”

artinya                            : “masih perawan?”

Pemuda pemudi banjar, khususnya yang laki-laki menanyakan beberapa pertanyaan. Mulai dari yang standar hingga vulgar!

Continue reading