Pagesahan

Dimulai dari pertanyaan:

Krama Banjar               : “Adi bisa ketemu ajak Pak Tut ne gek?”

artinya                           : “kok bisa ketemu dengan Pak Tut nya?”

hingga pertanyaan yang #kode mulai menjurus, vulgar, porno dan mengundang tawa, seperti:

Krama Banjar               : “Nu perawan gek?”

artinya                            : “masih perawan?”

Pemuda pemudi banjar, khususnya yang laki-laki menanyakan beberapa pertanyaan. Mulai dari yang standar hingga vulgar!

Ekspresi saat 'menggoda' pengantin perempuan. Pengantin wanita baru saja memasuki lingkungan banjar yang baru dan acara Pagesahan ini sebagai salah satu cara untuk mengakrabkan diri dengan pemuda pemudi banjar

Pemuda pemudi menyiapkan pisang yang dimodifikasi dengan 2 apel kecil diantara pisang hingga berbentuk seperti alat kelamin.

Foto tanpa caption itu nggak lengkap, tapi untuk momen ini foto + caption pun masih belum lengkap. Coba cek video yang saya rekam ini, bukan hasil dari profesional videographer, tapi semoga bisa memberi gambaran tentang acara keakraban ‘Pagesahan’ ini:

klik… klik….klik….

Dalam video ada percakapan hingga nyanyian wajib untuk Pagesahan di banjar. Liriknya vulgar!

singing:

“Gimbel lak… gimbel lak… cabut bulune…”

“bulune… bulune.. bulune (sebut nama pengantin pria)”

“Gimbel pek… gimbel pek… cabut bulune…”

“bulune… bulune.. bulune (sebut nama pengantin wanita)”

Lucu? Hmmm… mungkin kalau berada di posisi yang ngerjain pengantin bisa jadi lucu, tapi kalau coba memposisikan diri sebagai pengantin wanita…. hmmmm… pasti akan berbeda jawabannya.

Pengantin diminta berciuman. Biasanya mereka nggak terima kalau sekedar kecup, minimal 10 detik hingga 1 menit. Kejam? hmmm... entahlah.. :p

Kopi 'spesial' diracik oleh pemuda banjar dengan resep rahasia (baca: campuran garam, terasi, gula superbanyak hingga tercita rasa campur sari)

Satu jajan (biasanya sumping) ditaruh diantara pengantin dan mereka disuruh memakan jajanan itu. Cukup sulit hingga gerakan mereka membuat pemuda pemudi tertawa melihatnya.

Memasang senyum tak tulus menahan ketawa, tangisan, kesel, dan rasa-rasa yang campur aduk dalam dada. Terasa pengen teriakin satu-satu orang yang ada disana dan nyuruh mereka keluar! Yahhh… mungkin itu ilustrasi perasaan kalau dikerjain tapi ga bisa berbuat apapun.

Singkat cerita, tradisi ini sudah ada sejak lama dan sampai jaman modern ini tetap terjaga dengan satu tujuan untuk mengakrabkan diri dengan orang baru.

Tujuan mulia dengan cara tak biasa… 🙂

9 thoughts on “Pagesahan

  1. Infonya kurang dilengkapi lagi… minimal diisi dengan cerita/story asal muasal Pegesahan itu sendiri… jadi yang baca juga lebih asyik dan paham. hehehe… salam kenal saking pandebaik.com

    Like

  2. Pande Baik : Wahhh masih saudara ya ternyata, Pak Tunik ini satu banjar ama aq dan masih saudara juga… haha…. nanti pas ngasi foto2 ini mau tanya skalian ttg megesah…

    hehe.. blm smpet nanya krn udah antusias nulis n berbagi ceritanya… 🙂

    Like

    • Je, katanya Pande Baik yg diatas, dulu tradisi ini ada di Taensiat tapi sekarang udah ndak ada lagi… Sayang sekali… Kapan waktu kuajakin, biasanya satu hari setelah pernikahan dan mulai jam 7 ampe 9 malem… 🙂

      Like

  3. waktu ni aku liat di tangguntiti – kesiman- dps, ubud – gianyar dan pedungan – denpasar, masih ada tradisi itu, oia, di sengguan – bitera – gianyar, dibanjarku juga ada 😉

    Like

Leave a comment